Tondano Selatan, Multiverum.com — Suasana duka masih menyelimuti Kelurahan Tataaran Patar, Kecamatan Tondano Selatan, menyusul insiden tragis yang merenggut nyawa seorang pemuda berinisial RR di penghujung Juni 2025. Aksi penganiayaan brutal menggunakan senjata tajam ini mengguncang hati masyarakat, sekaligus menjadi alarm keras atas bahaya laten kekerasan yang dipicu minuman keras.

Polres Minahasa bergerak cepat. Pada Senin (30/6/2025), sebuah konferensi pers digelar untuk mengungkap secara transparan kronologi kejadian sekaligus menyerukan pesan kemanusiaan dan perdamaian. Konferensi tersebut dipimpin langsung oleh Kapolres Minahasa, AKBP Steven J.R. Simbar, S.I.K., yang didampingi Kasat Reskrim AKP Edy Susanto, S.Sos.

“Ini bukan sekadar soal hukum. Ini tentang hilangnya satu nyawa karena kesalahan yang seharusnya bisa dicegah,” ujar Kapolres, dengan nada tegas penuh empati.

Dari keterangan yang disampaikan, tragedi bermula dari pesta miras di depan salah satu kos-kosan. Keributan pecah saat seorang perempuan berinisial MP dianiaya oleh tiga wanita muda: AM (21), SAP (20), dan MCK (24). Saat situasi memanas, seorang pria berinisial COHM datang membawa senjata tajam dan langsung menyerang RR. Korban tewas seketika akibat luka serius.

“Minuman keras menjadi pemicu utama. Ini sudah terlalu sering terjadi. Dalam sebulan terakhir, kami catat beberapa kasus penganiayaan dengan pola yang sama,” ungkap Kapolres.

Namun, Polres Minahasa tak hanya fokus pada penegakan hukum. Dalam suasana penuh keprihatinan, Kapolres menyampaikan duka mendalam kepada keluarga korban dan menyerukan agar tidak ada aksi balas dendam.

“Kami mohon, serahkan sepenuhnya kepada proses hukum. Jangan biarkan emosi memperburuk keadaan. Kami berkomitmen menuntaskan perkara ini secara profesional dan adil.”

Seruan moral juga disampaikan kepada seluruh elemen masyarakat. Kapolres menekankan pentingnya peran orang tua, tokoh agama, dan tokoh masyarakat dalam menjaga generasi muda dari bahaya miras dan kekerasan.

“Kami sangat berharap dukungan dari tokoh masyarakat. Mereka adalah cahaya yang mampu mengarahkan anak-anak kita menjauhi jalan kekerasan.”

Konferensi pers ini ditutup dengan pesan yang menyentuh: menjaga kedamaian adalah tanggung jawab bersama. Karena satu nyawa yang hilang, bukan sekadar angka di statistik—tapi luka yang menggores nurani kita semua. (Fon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *