Keluarga Alm Agitha Minta Keadilan Atas Dugaan Malpraktik yang Dilakukan RS Bethesda Tomohon

Keluarga Agitha saat bersua dengan sejumlah wartawan

Keluarga Alm Agitha Minta Keadilan Atas Dugaan Malpraktik yang Dilakukan RS Bethesda Tomohon

Tomohon, Multiverum.com – Suami Almarhumah Agitha Sidonia Magdalena Wajong, Giovani Wuisan didampingi Ayah dan Ibu Almarhumah, Paul Wajong dan Selvi Pondaag meminta keadilan atas meninggalnya Agitha warga Matani III lingkungan 4, yang diduga akibat dugaan malpraktik yang dilakukan RS Bethesda Tomohon.


Kepada sejumlah wartawan, pada hari Senin (08/11-2021), keluarga Almarhumah mempertanyakan sikap dan tanggungjawab dari pihak Rumah Sakit hingga menyebabkan anak sekaligus istri terkasih mereka meninggal dunia.

Ibu Almarhumah Agitha saat menunjukan hasil jahitan operasi pada tubuh Agitha yang tak lazim seperti biasanya.


Ibunda almarhumah Agitha, pun dengan gamblang menceritakan awal kisah Agitha, sejak memeriksakan diri dan dioperasi pihak RS Bethesda. Menurut Selvi, pada 30 Juli 2021 Agitha memeriksakan diri di dokter kandungan soal sakit yang dialaminya. Dari dokter kandungan, setelah di USG keluar hasil jika Agitha mempunyai Kista dikandungan dirinya.


“Karena hal tersebut, Agitha didampingi suaminya merujuk ke RS Anugerah untuk mendapatkan perawatan. Karena alat di RS tersebut belum lengkap, mereka hendak merujuk ke RS di Manado, namun terkendala pandemi covid 19, hingga memilih mendapatkan perawatan di RS Bethesda, jelasnya.


Lanjut ibu korban, setelah di RS Bethesda, Agitha di tangani dua dokter yakni dokter K dan dokter A. Pada tanggal 4 Agustus, korban dioperasi karena menurut dokter terjadi penyumbatan usus. Setelah operasi berjalan, Agitha mengalami muntah muntah dan menurut dokter kami sudah mengeluarkan nanah untuk pembersihan disekitar usus dan kandungan Agitha.


“Karena tidak ada perubahan dan sakit Agitha kembali menjadi, dokter Abraham kemudian melakukan operasi kedua yang dilakukan pada 11 Agustus. Karena nanah masih keluar dari perut Agitha, dan selang sudah menempel di usus tak bisa dicabut, dokter berinisiatif akan dilakukan operasi ketiga, tapi ternyata hanya diambil dan ditarik selang hingga mengalami kebocoran usus,” ungkap Selvi.


Dijelaskannya, karena kami tidak mengetahuinya, pada bulan September, Agitha mengalami kejang-kejang hingga harus dirujuk ke UGD RS Bethesda. Saat ditangani dokter Abraham, dia hanya mengatakan jika itu hanya masuk angin dan maag. Anehnya setelah ditangani ahli penyakit dalam, mereka mengatakan jika infeksi di tubuh Agitha sudah menyebar karna kotoran yang diakibatkan usus bocor, hingga harus mendapatkan perawatan khusus di RS Manado.


“Sempat ditangani RS Siloam namun karena penuh, Agitha di rujuk ke RS Kandouw Manado. Di RS tersebut, tim dokter mengatakan jika Agitha sudah koma karena infeksi yang menyebar hingga ke ginjal, hati, jantung sampai otaknya. Dari Tim dokter mereka menjelaskan jika penyebab Agitha sekarat akibat penanganan dari Rumah Sakit sebelumnya tempat Agitha di operasi. Kendati begitu, mereka sempat sekali mengoperasi Agitha dan berhasil mengeluarkan kista penyebab keluarnya nanah dari tubuhnya. Walau sempat ingin bertahan, namun setelah 4 hari di rawat, Agitha akhirnya meninggal dunia,” tutur Ibunda korban dengan isak tangis.


Ditambahkannya, usai mengetahui dari tim medis soal kesalahan prosedur Penanganan Agitha dari awal, kami sebagai keluarga, orang tua dan suami Agitha meminta keadilan. Karena saat usai penguburan, perwakilan dari RS Bethesda sempat datang untuk meminta maaf dan mengatakan apa keperluan dan kebutuhan kami selanjutnya.


“Karena anak kami sudah tiada, kami sempat memikirkan sekolah anak Agitha yang berjumlah 4 orang. Kami meminta tiap anak ditanggung biaya pendidikan Sebesar 50 juta, tapi hanya disanggupi sebesar Rp 20 juta. Bahkan itu ternyata hanya awal saja dan kemudian sudah tak pernah menghubungi pihak kami kembali. Kami keluarga akhirnya sepakat untuk membawa masalah ini ke proses hukum agar tidak ada lagi korban seperti anak kami di Tomohon. Anak kami sudah sangat tersiksa diperlakukan oleh dokter di RS tersebut, untuk itu kami sekali lagi akan menempuh proses hukum untuk keadilan bagi anak kami,” tegasnya.


Sementara itu, Direktur RS Bethesda Tomohon, dr Ramon Amiman saat dikonfirmasi menjelaskan, besok kami akan melaksanakan klarifikasi soal kejadian ini.(nox)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *